BAB
I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Manusia
adalah makhluk soaial yang membutuhkan interaksi dengan manusia lain dan lingkungan sosial
disekitarnya.Kebutuhan-kebutuhan hidup manusia dipengaruhi adanya motif atau
dorongan baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri manusia baik berupa
benda maupun situasi yang terjadi dilingkungan sekitarnya yang menyebabkan
manusia berbuat sesuatu yang untuk mencapai kebutuhan hidupnya.
Setiap tingkah laku manusia memiliki
pengaruh terhadap lingkungannya.untuk mengatur tingkah laku manusia dalam
kehidupan bermasyarakat agar teratur masyarakat membuat aturan atau norma yang
membatasi tingkah laku manusia agar dapat diterima dilingkunganya sehingga
seseorang dapat bertingkah laku dengan wajar sesuai aturan yang berlaku.Dalam
kehidupan bermasyarakat kadang terjadi
hubungan timbal balik, pertemanan, dan memungkinkan terjadinya kesepakatandalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia
tidak lepas dari peristiwa yang memberikan pelajaran baik yang menyenangkan,
mengharukan, mengecewakan atau menyedihkan.Seseorang dapat memahami apa yang dirasakan orang lain,
merasa peduli terhadap perasaan orang lain tetapi tidak terhanyut dalam suasana
yang sedang dihadapi orang lain.
b.
Rumusan
Masalah:
1. Apa
pengertian motif sosial, faktor-faktor yang mempengaruhinya ?
2. Apa
yang dimaksud konformitas,kesepakatan,dan kepatuhan ?
3. Apa prinsip-prinsip dasar dan teknik-teknik
kesepakatan ?
4. Apa
yang dimaksud empati dan faktor-faktor yang mempengaruhi empati ?
c.
Tujuan:
1. Untuk
mengetahui pengertian motif sosial, macam-macam motif sosial dan faktor-faktor
yang mempengaruhi motif sosial
2. Untuk
mengetahui maksud konformitas, kesepakatan, dan kepatuhan.
3. Mengenal
prinsip-prinsip dasar dan teknik-teknik kesepakatan
4. Mengetahui
maksud empati dan faktor-faktor yang mempengaruhi empati.
BAB
II
PEMBAHASAN
MOTIF
SOSIAL
A.
Pengertiaan
Motif
Motif
adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan .Misalnya, apabila
seseorang merasa lapar, itu berarti kita membutuhkan atau menginginkan makanan.
Motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon dengan keadaan dorongan tertentu. Apabila
dorongan dasar bersifat bawaan, maka motif itu hasil proses belajar.
Ada beberapa definisi tentang
motif:
1. Gerungan
(1975)
Motif
itu merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam
diri manusia yang menyebabkan ia berbuat
sesuatu.
2. Lindzey,
Hall dan Thompson (1975)
Motif
adalah sesuatu yang menimbulkan tingkah laku.
3. Atkinson
(1958)
Motif
sebagai sesuatu disposisi laten yang berusaha dengan kuat untuk menuju tujuan tertentu, tujuan ini
dapat berupa prestasi. Afiliasi maupun kekuasaan.
4. Sri
mulyani Martaniah (1982)
Motif
adalah suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang dibentuk oleh pengalaman
– pengalaman, yang secara relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah
masih ada dan berfungsi mengerakan serta mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu.
Gadner Lindzey, calvin
S.Halldan Ricard F.Thompson dalam bukunya pyichology (1975, p.339 ) mengklasifikasikan
motif kedalam dua hal yaitu:
1. Drives
(needs)
Drive
adalah yang dorongan untuk bertindak. Drives yang merupakan proses organik
internal disebut drives primer atau drives yang tidak dipelajari. Misalnya:
lapar dan haus. Drives yang lain diperoleh melalui belajar. Misalnya:
persaingan.
2. Incentives
Incentives
adalah benda atau situasi (keadaan) yang berbeda di dalam lingkungan sekitar
kita yang merangsang tingkah laku.
Misalnya: mungkin kita
tidak lapar, tetapi melihat mie goreng terhidang di atas meja merangsang nafsu
makan kita. Drives yang dipelajari memenuhi kebutuhan Untuk kelangsungan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
B.
Pengertian
Motif Sosial
1.
Londgren (19730) motif
sosial adalah motif yang dipelajari melalui kontak orang lain dan bahwa lingkungan individu memegang peranan yang
penting.
2.
Barkowitz (1969) motif
sosial adalah motif yang mendasari aktivitas individu yang mereaksi terhadap
orang lain.
3.
Max Crimon dan Messick
(1976) Mengatakan bahwa seseorang menunjukan motif sosial, jika dalam membuat pilihan memperhitungkan akibat bagi orang lain.
4.
Heckhausen (1980) motif
sosial adalah motif yang menunjukan bahwa
tujuan yang ingin di capai mempunyai interaksi dengan orang lain.
Motif timbul karena
adanya kebutuhan/need. Kebutuhan
kebutuhan dapat diartikan sebagai:
a.
Satu kekurangan
universal di kalangan umat manusia dan
musnah bila kekurangan itu tidak tercukupi.
b. Sebuah
kekurangan yang dapat dipenuhi secara wajar dengan berbagai benda lain apabila
ada benda khusus yang diingini tidak dapat diperoleh.
Wood
Worth dan Marqius membedakan motif atas :
a. Motif
yang tergantung pada keadaan dalam
jasmani.
b.
Motif ini merupakan
kebutuhan organik. Misalnya: makan minum
dsb.
c. Motif
yang tergantung hubungan individu dengan
lingkungan
Motif ini di bedakan
menjadi :
§ Emergency motive/
motif darurat ini adalah motif yang membutuhkan tindakan segera karena keadaan
sekitarnya menuntut demikian. Misalnya: motif untuk melepaskan diri dari
bahaya, melindungi matanya dan sebagainya.
§ Objektif motive/
motif objektif. Motif yang berhubungan langsung dengan lingkungan baik berupa
individu maupun benda. Misalnya: penghargaan, memiliki mobil, memiliki rumah
bagus dan sebagainya.
Teevan dan Smith (1964)
menggolongkan motif atau dasar perkembangannya menjadi dua kelompok yaitu:
a.
Motif
Primer, kebutuhan motive (need)
Perilaku
adalah motif yang timbulnya berdasarkan proses kimiawi fisiologik kimiawi
fisiologik dan diperoleh dengan tidak dipelajari. Contohnya: haus dan lapar.
b.
Motif
sekunder
Motif yang timbulnya
tidak secara langsung berdasarkan proses kimiawi fisiologik dan umumnya
diperoleh dari proses belajar baik melaui pengalaman maupun lingkungan.
McClellaand
mengemukakan bahwa motif sekunder disebut juga dengan motif sosial yang terdiri
atas :
·
Motif beprestasi
·
Motif berafiliasi
· Motif
berkuasa
C.
Macam-Macam
Motif Sosial
1. Motif
Tunggal/Motif Bergabung
2. Motif
Biogenetis
3. Motif
Sosiogenetis
4. Motif
Teogenetis
5. Motif
Sosial menurut McClelland
Manusia berinteraksi
dengan dunia sosialnya dalam tiga bentuk motif yaitu:
1) Motif
berprestasi dimana ciri-ciri dari tipe orang dengan motif sosial seperti ini:
· Mempunyai
keinginan untuk berprestasi lebih baik (beranggapan bahwa berprestasi lebih
baik adalah suatu hal yang penting).
· Berusaha
melakukan sesuatu dengan cara yang baru dan kreatif.
· Berpikiran
maju ke depan (inovatif).
2) Motif
afiliasi, ciri-cirinya:
·
Senang berada di tengah
keramaian dan sangat menikmati persahabatan.
·
Senang bergaul dengan
orang lain, senang berbicara di telepon.
·
Lebih mementingkan
aspek-aspek interpersonal dari pekerjaannya daripada aspek-aspek yang
menyangkut tugas dalam pekerjaannya.
·
Berusaha mendapatkan
persetujuan orang lain.
·
Melakukan tugas lebih
baik saat bekerja dalam team.
·
Selalu memiliki
keinginan untuk mengadakan, memperbaiki atau memelihara hubungan yang erat,
hangat dan bersahabat dengan orang lain.
3) Motif
berkuasa, ciri-cirinya:
·
Selalu ingin memiliki
pengaruh terhadap orang lain.
·
Aktif dalam menjalankan
kebijakan suatu organisasi yang diikuti.
·
Peka terhadap struktur
pengaruh interpersonal dari suatu kelompok atau organisasi.
·
Selalu risau dengan
reputasi, prestasi atau kedudukan orang lain.
·
Selalu berusaha membuat
orang lain terkesan.
D.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Motif-Motif Sosial
Ada 4 sumber perkembangan motif sosial yaitu:
1) Interaksi
ibu dan anak
2) Interaksi
anak dengan seluruh keluarga
3) Interaksi
anak dengan masyarakat luas
4) Pendidikan
formal
Faktor-faktor yang meliputi motif
sosial meliputi cara-cara mengasuh anak (yang meliputi Interaksi ibu dan anak,
interaksi anak dengan seluruh keluarga, interaksi anak dengan masyarakat luas,
pendidikan formal) dan lingkungan kebudayaan.
a.
Peran Motif Sosial
Berperan penting dalam
pembentukam sosial. Terbentuknya kelompok sosial adalah karena bakal anggotanya
berkumpul untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan kegiatan bersama lebih
mudah dapat dicapai daripada atas usaha diri sendiri. Jadi, dorongan atau motif
bersama itu menjadi pengikat dan sebab utama terbentuknya kelompok sosial itu.
b.
Beberapa Cara
Memotivasi Orang Lain
1.
Memotivasi dengan
kekerasan/motivating by force
Contohnya
dalam Angkatan bersenjata dimana seorang pemimpin akan mengancam para serdadu
dengan suatu hukuman, jika mereka tidak atau kurang disiplin.
2.
Memotivasi dengan
bujukan/motivating by enticement
Bila
orang lain itu mengerjakan sesuatu bujukan atau hadiah itu dapat berupa:
·
Untuk buruh/pekerja
akan diberikan tambahan upah.
·
Untuk para pelajar akan
memberikan nilai yang baik.
·
Dapat juga berupa
status.
3.
Memotivasi dengan
identifikasi/motivating by
identivicatio/Ego Involvent
Dalam
hal ini mereka berbuat sesuatu dengan suatu rasa percaya diri sendiri bahwa apa
yang dilakukan itu adalah untuk mencapai tujuan tertentu, ada keinginan dari
dalam.
Contohnya
seorang murid belajar bukan karena bujukan guru, tetapi murid belajar karena
memang mereka ingin memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.
KONFORMITAS,
KESEPAKATAN DAN KEPATUHAN
Pengaruh social adalah perubahan sikap atau
perilaku sebagai hasil dari interaksi kepada orang lain. Ada perbedaan tingkat pengaruh
social pada setiap individu, yaitu menerima sepenuhnya pengaruh orang lain
tersebut (acceptance) atau hanya melakukanperubahan secara persial tidak
menerima pengaruh tersebut secara utuh (compliance). Ada 3 aspek penting dalam
pengaruh social yaitu konformitas(conformity), kesepakatan(compliance),
kepatuhan(obedience) dan indoktrinasi insentif(intense indroctination).
A. KONFORMITAS
Konformitas (conformity) adalah suatu jenis pengaruh social di mana individu mengubah sikap dan
tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma social yang ada. Seseorang
bertingkah laku dengan cara-cara yang di pandang wajar atau yang dapat di
terima oleh kelompok/masyarakat kita.
Selain itu norma juga dibagi menjadi norma
deskriptif dan norma injungtif. Norma deskriptif berupa berupa saran atau
himbauan untuk melakukan sesuatu norma yang menindikasikan apa yang sebagian
besar orang lakukan pada situasi tertentu, contoh norma deskriptif: himbauan
oleh kepala desa kepada warganya untuk melakukan 3M demi mencegah demam
berdarah atau ketika di jalan tol ada himbauan bagi kendaraan yang berjalan
lambat untuk berjalan di bahu kiri dan bagi kendaraan yang ingin mndahului dan
melaju cepat untuk berjalan di bahu kanan. Norma deskriptif belum tentu di
patuhi, seperti misalnya belum tentu kendaraan di lajur kanan melaju cepat,
fakta di lapangan banyak kendaraan yang melaju lambat-lambat di lajur kanan.,
tapi tidak dikenai sanksi.
Norma injungtif adalah berupa perintah atau
larangan yang mengharuskan orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
norma yang menentukan apa yang harus di lakukan-tingkah laku apa yang di terima
dan tidak di terima pada situasi tertentu. Contoh perintah membayar pajak untuk
para wajib pajak, bagi yang tidak mematuhi akan di kenakan sanksi.
Terkadang kita tidak menyetujui konformitas ini karena konformitas
membatasi kebebasan pribadi. Namun ada dasar yang kuat berkenaan dengan
konformitas, tanpa konformitas kita segera menyadari berhadapan dengan kekacuan
social. Jadi, pada berbagai kondisi konformitas memiliki fungsi yang sangat
berguna. Konformitas tidak terjadi pada derajat yang sama di semua situasi.
Ada
3 faktor yang mempengaruhi konformitas, yaitu :
1.
Kohevisitas ( cohesiveness
)
2.
Ukuran Kelompok
3.
Teori focus normative (
normative focus theory )
Beberapa penyebab seseorang melakukan konformitas :
1. Keinginan untuk disukai dan rasa takut pada penolakan
2.
Keinginan untuk merasa
benar.
3.
Membenarkan konformitas
Beberapa
faktor penting yang membuat seseorang menolak konformitas :
a.
Keinginan individuasi
b.
Keinginan
mempertahankan kontrol terhadap kejadian-kejadian dalam hidupnya.
c.
Orang-orang yang tidak
dapat melakukan konformitas.
B. Compliance (Kesepakatan).
Kesepakatan adalah
suatu bentuk pengaruh sosisal yang meliputi permintaan langsung dari seseorang
kepada orang lain. Kesepakatan
bisa terjadi kaeena adanya rasa pertemanan, rasa suka, komitmen, konsistensi,
kelangkaan. Timbale balik, respiratoris, validitas sosial, ataupun kesukaan.
Ada 6 prinsip dasar compliance (Cialdini, 1994):
a. Pertemanan/rasa suka: Kita lebih bersedia untuk
memenuhi permintaan dari teman atau orang-orang
yang kita sukai daripada permintaan dari orang asing atau dari orang
yang tidak kita sukai.
b. Komitmen/konsistensi: Sekali kita berkomitmen pada suatu tindakan, kita
akan lebih bersedia untuk memenuhi
permintaan mengenai tingkah laku
yang konsisten dengan tindakan tersebut
daripada permintaan yang tidak konsisten dengan tindakan tersebut.
c. Kelangkaan : kita lebih mungkin untuk memenuhi permintaan yang berpusat pada
kelangkaan daripada terhadap permintaan yang sama sekali tidak terkait dengan
isu tersebut.
d. Timbal balik/resiprositas: Kita lebih bersedia untuk
memenuhi permintaan dari orang yang sebelumnya telah memberikan bantuan atau
kemudahan bagi kita.
e. Validasi sosial: kita lebih bersedia memenuhi
permintaan untuk melakukan beberapa tindakan jika tindakan tersebut konsisten
dengan apa yang kita percaya dilakukan oleh orang lain yang mirip dengan kita.
f. Kekuasaan: Kita lebih bersedia memenuhi permintaan
dari seseorang yang memiliki kekuasaan yang sah.
Prinsip pertemana lebih dikenal dengan ingratiation membuat orang lain
menyukai kita sehingga mereka lebih bersedia untuk menyetujui permintaan kita.
Dalam komitmen ada 2 teknik yang bisa digunakan:
·
Foot-In-The-Door
technique: Yaitu suatu prosedur untuk memperoleh kesepakatan dimana pemohon
memulai dari permintaan yang kecil dan kemudian permintaan ini disetujui,
meningkat ke permintaan yang lebih besar (yang mereka inginkan sejak awal).
·
Low Ball Technique:
Yaitu suatu prosedur untuk memperoleh kesepakatan dimana suatu penawaran atau
persetujuan di ubah(menjadi lebih tidak menarik) setelah orang yang menjadi
target menerimanya.
Teknik-teknik
dalam kesepakatan sebagai berikut:
1.
Teknik ingration
2.
Teknik Foot-In-The-Door
3.
Teknik Low Ball
4.
Teknik Door-In-The-Face
5.
Teknik That’s-not-all
6.
Teknik Jual mahal
7.
Teknik deadline
8. Teknik
Pique
C. Obedience (kepatuhan)
Kepatuhan adalah
suatu pengaruh sosial dimana seseorang hanya perlu memerintah satu orang atau
lebih untuk melakukan sesuatu atau beberapa tindakan yang diharapkannya.
Terkadang didalam masyarakat sering dan perlu sekali adanya kepatuhan karena
merupakan bentuk langsung dari pengaruh sosial. Kepatuhan sendiri lebih jarang terjadi dibanding
konformitas dan kesepakatan. Biasanya kepatuhan diikuti dengan kata hukuman dan
aturan dalam penerapannya.
Aspek lain dari pengaruh sosial adalah kepatuhan
(obedience), keadaan dimana seseorang pada posisi yang berkuasa cukup
mengatakan atau memerintahkan orang lain untuk melakukan sesuatu dan mereka
melakukannya.
Kepatuhan
yang merusak berarti tindakaan yang berdasarkan kepatuhan itu membahayakan
orang lain atau dirinya sendiri. Penyebab kepatuhan yang merusak yaitu:
1.
Orang - orang yang
berkuasa membebaskan orang-orang yang patuh dari tanggungjawab atas tindakan
mereka. “saya hanya menjalankan perintah”, sering kali dijadikan alasan bila
sesuatu yang buruk terjadi.
2.
Orang-orang yang
berkuasa sering kali memiliki tanda atau lencana nyata yang menunjukan status
mereka. Hal ini menimbulkan norma “patuhilah orang yang memegang kendali”.
Norma ini adalah norma yang kuat, dan bila kita dihadapkan dengannya, sebagian
besar orang merasa sulit untuk mematuhinya.
3. Adanya perintah bertahap dari figure otoritas.
Perintah awal mungkin saja meminta tindakan yang ringan beru selanjutnya
perintah untuk melakukan tindakan yang berbahaya.
4. Situasi
yang melibatkan kepatuhan bisa berubah cepat. Cepatnya perubahan ini menyebabkan kecenderungan
meningkatnya kepatuhan.
Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kepatuhan yang merusak:
a. Individu yang dihadapkan pada perintah dari figure
otoritas dapat diingatkan bahwa merekalah yang akan bertanggungjawab atas
kerusakan apapun yang dihasilkan bukan pihak otoritas.
b. Individu dapat disadarkan bahwa melebihi suatu titik
tertentu, maka benar-benar mematuhi perintah yang merusak adalah tidak layak.
c.
Individu dapat lebih
mudah untuk melawan figure otoritas jika mereka mempertanyakan keahlian dan
motif dari figure-figure tersebu.
d.
Cukup dengan mengetahiu
kekuatan yang dimiliki figure otoritas untuk dapat memerintahkan kepatuhan
buta bisa membantu melawan pengaruh itu
sendiri.
D. Indoktrinasi Intensif
Indoktrinasi
Intensif adalah suatu proses yang dilalui individu untuk menjadi anggota suatu
kelompok ekstrem dan menerima belief serta aturan-aturan dari kelompok tersebut
tanpa banyak bertanya. Tindakan
ini lebih berjalan secara psikologi atau verbal dibanding secara atau fisik.
Proses ini melalui beberapa tahap:
a. Tahap
melunakkan/softening-up. Tahap dimana
seseorang diisolasi, dibuat bingung, lelah, tidak memiliki orientasi, dan
menjadi emosional.
b.
Tahap kesepakatan.
Tahap dimana seseorang mengiyakan belief dan aktif sebagai anggota. Dengan diiming-imingi penebusan dari rasa bersalah dan
penderitaanya yang dialami pada tahap pertama.
c. Tahap internalisasi. Tahap dimana seseorang
sungguh-sungguh meyakini kelompok tersebut. Orang
tersebut akan benar-benar yakin dan bersedia melakukan apapun untuk
keyakinannya itu.
d. Tahap
konsolidasi. Tahap dimana anggota dari kelompok ekstrem tersebut melakukan
tindakan besar untuk tujuan terselubung dari kelompok tersebut.
EMPATI
DAN PERILAKU PROSOSIAL
A.
Empati
1.
Pengertian
Empati
Empati
merupakan salah satu dari unsur kecerdasan sosial. Ia terinci dan berhubungan
erat dengan komponen-komponen lain, seperti empati dasar penyelarasan ketepatan
empatik dan pengertian sosial. Empati dasar yakni memiliki perasaan dengan
orang lain atau merasakan isyarat-isyarat emosi non verbal.
Empati
adalah kemampuan seseorang ikut merasakan atau menghayati perasaan dan
pengalaman orang ain.
Menurut
kamus besar bahasa indonesia, adalah keadaan mental yang membuat seseorang
merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang
sama dengan orang atau kelompok lain.
2.
Faktor-faktor
yang mengaruhi Empati
a. Sosialisasi
b. Perkembangan
kognitif
c. Mood
and feeling
d. Situasi
dan tempat
e. Empati
seseorang
f. Komunikasi
3.
Teknik-teknik
mengasah empati
Kemampuan
empati harus selalu dilatih atau diasah sejak dini.langkah-langkah yang dapat
dilakukan agar empati kita terbentuk , antara lain :
a. Rekam
semua emosi pribadi.
b. Perhatikan
lingkungan luar(orang lain).
c. Dengarkan
curhat orang lain.
d. Lakukan
bantuan secepatnya
4.
Manfaat-manfaat
Empati
Manfaat kemampuan
empati dalam kehidupan pribadi dan sosial:
a. Menghilangkan
sikap egois
b. Menghilangkan
kesombongan
c. Mengembangkan
kemampuan evaluasi dan kontrol diri
5.
Memiliki
Karakteristik Kemampuan Empati
Dikatakan
memiliki karakteristik kemampuan empati, jika mengikuti beberapa syarat
berikut:
a. Melibatkan
proses berfikir secara utuh,dengan segala nacan resiko perbedaan
b. Pendapat,
rasa, bahkan kemungkinan konflik.
c. Individu
bisa mengenal mengenal status perasaanya,lalu kuat berempati dan memanfaatkan
emosinya dalam kehidupan kerja.
Karakter empati dimunculkan dalam tindakan-tindakan
seperti dinyatakan Goleman (1997) yaitu:
·
Mampu menerima sudut
pandang orang lain.
·
Memiliki kepekaan
terhadap perasaan orang lain.
·
Mampu mendengarkan
orang lain.
B.
Perilaku
Prososial
1.
Pengertian
Perilaku prososial
Perilaku
prososial adalah perilaku yang menguntungkan penerima bantuan tetapi tidak
memiliki keuntungan yang jelas bagi pemberi bantuan.
Ada
3 ciri orang dikatakan menunjukkan perilaku prososial, yaitu :
a. Tindakan
tersebut berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pemberi
bantuan.
b. Tindakan
tersebut dilahirkan secara suka rela.
c. Tindakan
tersebut menghasilkan kebaikan.
2.
Cara
meningkatkan perilaku prososial
a. Menyebarkan
penayangan model perilaku sosial.
b. Memberi
penekanan terhadap norma-norma prososial.
3. Memberikan pemahaman
tentang Superordinate Identity
Pandangan
bahwa setiap orang merupakan bagian dari kelompok manusia secara keseluruhan
adalah hal yang perlu dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Motif
adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan .Misalnya, apabila
seseorang merasa lapar, itu berarti kita membutuhkan atau menginginkan makanan.
Motif menunjuk hubungan
sistematik antara suatu respon dengan
keadaan dorongan tertentu.
Motif
sosial adalah motif yang menunjukan bahwa
tujuan yang ingin di capai mempunyai interaksi dengan orang lain.
Empati adalah kemampuan seseorang ikut merasakan atau
menghayati perasaan dan pengalaman orang lain.
Konformitas
adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah
laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.
Kesepakatan
adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang meliputi permintaan langsung dari
seseorang kepada orang lain.
Kepatuhan
(Obedience) adalah suatu pengaruh sosial dimana seseorang hanya perlu
memerintah satu orang atau lebih untuk melakukan sesuatu atau beberapa tindakan
yang diharapkannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi
Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sarwono, Sarlito. 2002. Psikologi sosial individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta:
Balai Pustaka.
Annisa Avianti, http://annisaavianti.wordpress.com/2010/07/31/pengaruh-sosial-mengubah-tingkah-laku-orang-lain/
diakses tanggal 2 Oktober 2012
Borba, Michele (2008), Membangun kecerdasan Moral, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Goleman, Daniel (2007), Social Intelligence: Ilmu Baru tentang Hubungan Antar Manusia, PT
Gramedia Pustaka Umum: Jakarta
Tri
Dayaksini & Hudaniah (2003). Psikologi
Sosial. UMM Press. Malang
Eileen
Rachman & Sylvina Savitri, 2009. dalam Asah Empati http://www.experd.com/news-articles/articles/55.
Tanggal Akses 12 Oktober 2012
Frieda
Mangunsong, 2010. dalam Menanam Empati Menumbuhkan Kecerdasan, http://www.carisuster.com/artikel/7-inspired-kids/51-menanamempatitumbuhkan-kecerdasan.
Tanggal Akses 13 Oktober 2012
Makalah Anda memberikan tambahan pengetahuan buat saya. Terima kasih
BalasHapus