Selasa, 25 Desember 2012

MOTIF SOSIAL


BAB I
PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Manusia adalah makhluk soaial yang membutuhkan interaksi  dengan manusia lain dan lingkungan sosial disekitarnya.Kebutuhan-kebutuhan hidup manusia dipengaruhi adanya motif atau dorongan baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri manusia baik berupa benda maupun situasi yang terjadi dilingkungan sekitarnya yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu yang untuk mencapai kebutuhan hidupnya.
            Setiap tingkah laku manusia memiliki pengaruh terhadap lingkungannya.untuk mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat agar teratur masyarakat membuat aturan atau norma yang membatasi tingkah laku manusia agar dapat diterima dilingkunganya sehingga seseorang dapat bertingkah laku dengan wajar sesuai aturan yang berlaku.Dalam kehidupan bermasyarakat  kadang terjadi hubungan timbal balik, pertemanan, dan memungkinkan terjadinya kesepakatandalam kehidupan sehari-hari.
            Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari peristiwa yang memberikan pelajaran baik yang menyenangkan, mengharukan, mengecewakan atau menyedihkan.Seseorang dapat  memahami apa yang dirasakan orang lain, merasa peduli terhadap perasaan orang lain tetapi tidak terhanyut dalam suasana yang sedang dihadapi orang lain.
b.      Rumusan Masalah:
1.      Apa pengertian motif sosial, faktor-faktor yang mempengaruhinya ?
2.      Apa yang dimaksud konformitas,kesepakatan,dan kepatuhan ?
3.      Apa  prinsip-prinsip dasar dan teknik-teknik kesepakatan ?
4.      Apa yang dimaksud empati dan faktor-faktor yang mempengaruhi empati ?
c.       Tujuan:
1.      Untuk mengetahui pengertian motif sosial, macam-macam motif sosial dan faktor-faktor yang mempengaruhi motif sosial
2.      Untuk mengetahui maksud konformitas, kesepakatan, dan kepatuhan.
3.      Mengenal prinsip-prinsip dasar dan teknik-teknik kesepakatan
4.      Mengetahui maksud empati dan faktor-faktor yang mempengaruhi empati.
BAB II
PEMBAHASAN

MOTIF SOSIAL
A.    Pengertiaan Motif
            Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan .Misalnya, apabila seseorang merasa lapar, itu berarti kita membutuhkan atau menginginkan makanan. Motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon  dengan keadaan dorongan tertentu. Apabila dorongan dasar bersifat bawaan, maka motif itu hasil proses belajar.
            Ada beberapa definisi tentang motif:
1.    Gerungan (1975)
Motif itu merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak  alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia  yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.
2.    Lindzey, Hall dan Thompson (1975)
Motif adalah sesuatu yang menimbulkan tingkah laku.
3.    Atkinson (1958)
Motif sebagai sesuatu disposisi laten yang berusaha dengan kuat  untuk menuju tujuan tertentu, tujuan ini dapat berupa prestasi. Afiliasi maupun kekuasaan.
4.    Sri mulyani Martaniah (1982)
Motif adalah suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang dibentuk oleh pengalaman – pengalaman, yang secara relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada dan berfungsi mengerakan serta mengarahkan perilaku ke tujuan  tertentu.
Gadner Lindzey, calvin S.Halldan Ricard F.Thompson dalam bukunya pyichology (1975, p.339 ) mengklasifikasikan motif kedalam dua hal yaitu:
1.    Drives (needs)
Drive adalah yang dorongan untuk bertindak. Drives yang merupakan proses organik internal disebut drives primer atau drives yang tidak dipelajari. Misalnya: lapar dan haus. Drives yang lain diperoleh melalui belajar. Misalnya: persaingan.
2.    Incentives
Incentives adalah benda atau situasi (keadaan) yang berbeda di dalam lingkungan sekitar kita yang merangsang tingkah laku.
Misalnya: mungkin kita tidak lapar, tetapi melihat mie goreng terhidang di atas meja merangsang nafsu makan kita. Drives yang dipelajari memenuhi kebutuhan Untuk kelangsungan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

B.     Pengertian Motif Sosial
1.    Londgren (19730) motif sosial adalah motif yang dipelajari melalui kontak orang lain dan bahwa  lingkungan individu memegang peranan yang penting.
2.    Barkowitz (1969) motif sosial adalah motif yang mendasari aktivitas individu yang mereaksi terhadap orang lain.
3.    Max Crimon dan Messick (1976) Mengatakan bahwa seseorang menunjukan motif sosial, jika  dalam membuat pilihan  memperhitungkan akibat bagi orang lain.
4.    Heckhausen (1980) motif sosial adalah motif yang menunjukan bahwa  tujuan yang ingin di capai mempunyai interaksi dengan orang lain.

Motif timbul karena adanya kebutuhan/need. Kebutuhan kebutuhan dapat diartikan sebagai:
a.    Satu kekurangan universal di kalangan umat manusia  dan musnah bila kekurangan itu tidak tercukupi.
b.    Sebuah kekurangan yang dapat dipenuhi secara wajar dengan berbagai benda lain apabila ada benda khusus yang diingini tidak dapat diperoleh.

Wood Worth dan Marqius membedakan motif atas :
a.    Motif yang tergantung  pada keadaan dalam jasmani.
b.    Motif ini merupakan kebutuhan organik. Misalnya: makan  minum dsb.
c.    Motif yang tergantung hubungan  individu dengan lingkungan 


Motif ini di bedakan menjadi :
§  Emergency motive/ motif darurat ini adalah motif yang membutuhkan tindakan segera karena keadaan sekitarnya menuntut demikian. Misalnya: motif untuk melepaskan diri dari bahaya, melindungi matanya dan sebagainya.
§  Objektif motive/ motif objektif. Motif yang berhubungan langsung dengan lingkungan baik berupa individu maupun benda. Misalnya: penghargaan, memiliki mobil, memiliki rumah bagus dan sebagainya.
Teevan dan Smith (1964) menggolongkan motif atau dasar perkembangannya menjadi dua kelompok yaitu:
a.       Motif Primer, kebutuhan motive (need)
Perilaku adalah motif yang timbulnya berdasarkan proses kimiawi fisiologik kimiawi fisiologik dan diperoleh dengan tidak dipelajari. Contohnya: haus dan lapar.
b.   Motif sekunder
Motif yang timbulnya tidak secara langsung berdasarkan proses kimiawi fisiologik dan umumnya diperoleh dari proses belajar baik melaui pengalaman maupun lingkungan.
McClellaand mengemukakan bahwa motif sekunder disebut juga dengan motif sosial yang terdiri atas :
·      Motif beprestasi
·      Motif berafiliasi
·      Motif berkuasa

C.    Macam-Macam Motif Sosial
1.   Motif Tunggal/Motif Bergabung
2.   Motif Biogenetis
3.   Motif Sosiogenetis
4.   Motif Teogenetis
5.   Motif Sosial menurut McClelland
Manusia berinteraksi dengan dunia sosialnya dalam tiga bentuk motif yaitu:
1)   Motif berprestasi dimana ciri-ciri dari tipe orang dengan motif sosial seperti ini:
·      Mempunyai keinginan untuk berprestasi lebih baik (beranggapan bahwa berprestasi lebih baik adalah suatu hal yang penting).
·      Berusaha melakukan sesuatu dengan cara yang baru dan kreatif.
·      Berpikiran maju ke depan (inovatif).
2)   Motif afiliasi, ciri-cirinya:
·      Senang berada di tengah keramaian dan sangat menikmati persahabatan.
·      Senang bergaul dengan orang lain, senang berbicara di telepon.
·      Lebih mementingkan aspek-aspek interpersonal dari pekerjaannya daripada aspek-aspek yang menyangkut tugas dalam pekerjaannya.
·      Berusaha mendapatkan persetujuan orang lain.
·      Melakukan tugas lebih baik saat bekerja dalam team.
·      Selalu memiliki keinginan untuk mengadakan, memperbaiki atau memelihara hubungan yang erat, hangat dan bersahabat dengan orang lain.
3)   Motif berkuasa, ciri-cirinya:
·      Selalu ingin memiliki pengaruh terhadap orang lain.
·      Aktif dalam menjalankan kebijakan suatu organisasi yang diikuti.
·      Peka terhadap struktur pengaruh interpersonal dari suatu kelompok atau organisasi.
·      Selalu risau dengan reputasi, prestasi atau kedudukan orang lain.
·      Selalu berusaha membuat orang lain terkesan.

D.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motif-Motif Sosial
Ada 4 sumber perkembangan motif sosial yaitu:
1)   Interaksi ibu dan anak
2)   Interaksi anak dengan seluruh keluarga
3)   Interaksi anak dengan masyarakat luas
4)   Pendidikan formal
            Faktor-faktor yang meliputi motif sosial meliputi cara-cara mengasuh anak (yang meliputi Interaksi ibu dan anak, interaksi anak dengan seluruh keluarga, interaksi anak dengan masyarakat luas, pendidikan formal) dan lingkungan kebudayaan.

a.    Peran Motif Sosial
                    Berperan penting dalam pembentukam sosial. Terbentuknya kelompok sosial adalah karena bakal anggotanya berkumpul untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan kegiatan bersama lebih mudah dapat dicapai daripada atas usaha diri sendiri. Jadi, dorongan atau motif bersama itu menjadi pengikat dan sebab utama terbentuknya kelompok sosial itu.
b.   Beberapa Cara Memotivasi Orang Lain
1.    Memotivasi dengan kekerasan/motivating by force
Contohnya dalam Angkatan bersenjata dimana seorang pemimpin akan mengancam para serdadu dengan suatu hukuman, jika mereka tidak atau kurang disiplin.
2.    Memotivasi dengan bujukan/motivating by enticement
Bila orang lain itu mengerjakan sesuatu bujukan atau hadiah itu dapat berupa:
·      Untuk buruh/pekerja akan diberikan tambahan upah.
·      Untuk para pelajar akan memberikan nilai yang baik.
·      Dapat juga berupa status.
3.    Memotivasi dengan identifikasi/motivating by identivicatio/Ego Involvent
Dalam hal ini mereka berbuat sesuatu dengan suatu rasa percaya diri sendiri bahwa apa yang dilakukan itu adalah untuk mencapai tujuan tertentu, ada keinginan dari dalam.
Contohnya seorang murid belajar bukan karena bujukan guru, tetapi murid belajar karena memang mereka ingin memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.











KONFORMITAS, KESEPAKATAN DAN KEPATUHAN

Pengaruh social adalah perubahan sikap atau perilaku sebagai hasil dari interaksi kepada orang lain. Ada perbedaan tingkat pengaruh social pada setiap individu, yaitu menerima sepenuhnya pengaruh orang lain tersebut (acceptance) atau hanya melakukanperubahan secara persial tidak menerima pengaruh tersebut secara utuh (compliance). Ada 3 aspek penting dalam pengaruh social yaitu konformitas(conformity), kesepakatan(compliance), kepatuhan(obedience) dan indoktrinasi insentif(intense indroctination).

A.    KONFORMITAS
Konformitas (conformity) adalah suatu jenis pengaruh social di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma social yang ada. Seseorang bertingkah laku dengan cara-cara yang di pandang wajar atau yang dapat di terima oleh kelompok/masyarakat kita.
Selain itu norma juga dibagi menjadi norma deskriptif dan norma injungtif. Norma deskriptif berupa berupa saran atau himbauan untuk melakukan sesuatu norma yang menindikasikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu, contoh norma deskriptif: himbauan oleh kepala desa kepada warganya untuk melakukan 3M demi mencegah demam berdarah atau ketika di jalan tol ada himbauan bagi kendaraan yang berjalan lambat untuk berjalan di bahu kiri dan bagi kendaraan yang ingin mndahului dan melaju cepat untuk berjalan di bahu kanan. Norma deskriptif belum tentu di patuhi, seperti misalnya belum tentu kendaraan di lajur kanan melaju cepat, fakta di lapangan banyak kendaraan yang melaju lambat-lambat di lajur kanan., tapi tidak dikenai sanksi.
Norma injungtif adalah berupa perintah atau larangan yang mengharuskan orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu norma yang menentukan apa yang harus di lakukan-tingkah laku apa yang di terima dan tidak di terima pada situasi tertentu. Contoh perintah membayar pajak untuk para wajib pajak, bagi yang tidak mematuhi akan di kenakan sanksi.
Terkadang kita tidak menyetujui konformitas ini karena konformitas membatasi kebebasan pribadi. Namun ada dasar yang kuat berkenaan dengan konformitas, tanpa konformitas kita segera menyadari berhadapan dengan kekacuan social. Jadi, pada berbagai kondisi konformitas memiliki fungsi yang sangat berguna. Konformitas tidak terjadi pada derajat yang sama di semua situasi.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi konformitas, yaitu :
1.    Kohevisitas ( cohesiveness )
2.    Ukuran Kelompok
3.    Teori focus normative ( normative focus theory )
Beberapa penyebab seseorang melakukan konformitas :
1.    Keinginan untuk disukai dan rasa takut pada penolakan
2.    Keinginan untuk merasa benar.
3.    Membenarkan konformitas
Beberapa faktor penting yang membuat seseorang menolak konformitas :
a.    Keinginan individuasi
b.    Keinginan mempertahankan kontrol terhadap kejadian-kejadian dalam hidupnya.
c.    Orang-orang yang tidak dapat melakukan konformitas.

B.      Compliance (Kesepakatan).
Kesepakatan adalah suatu bentuk pengaruh sosisal yang meliputi permintaan langsung dari seseorang kepada orang lain. Kesepakatan bisa terjadi kaeena adanya rasa pertemanan, rasa suka, komitmen, konsistensi, kelangkaan. Timbale balik, respiratoris, validitas sosial, ataupun kesukaan.
Ada 6 prinsip dasar compliance (Cialdini, 1994):
a.       Pertemanan/rasa suka: Kita lebih bersedia untuk memenuhi permintaan dari teman atau orang-orang  yang kita sukai daripada permintaan dari orang asing atau dari orang yang tidak kita sukai.
b.      Komitmen/konsistensi: Sekali  kita berkomitmen pada suatu tindakan, kita akan lebih bersedia untuk memenuhi  permintaan  mengenai tingkah laku yang konsisten dengan tindakan tersebut  daripada permintaan yang tidak konsisten dengan tindakan tersebut.
c.       Kelangkaan : kita lebih mungkin untuk  memenuhi permintaan yang berpusat pada kelangkaan daripada terhadap permintaan yang sama sekali tidak terkait dengan isu tersebut.
d.      Timbal balik/resiprositas: Kita lebih bersedia untuk memenuhi permintaan dari orang yang sebelumnya telah memberikan bantuan atau kemudahan bagi kita.
e.       Validasi sosial: kita lebih bersedia memenuhi permintaan untuk melakukan beberapa tindakan jika tindakan tersebut konsisten dengan apa yang kita percaya dilakukan oleh orang lain yang mirip dengan kita.
f.       Kekuasaan: Kita lebih bersedia memenuhi permintaan dari seseorang yang memiliki kekuasaan yang sah.
Prinsip pertemana lebih dikenal dengan ingratiation membuat orang lain menyukai kita sehingga mereka lebih bersedia untuk menyetujui permintaan kita.
Dalam komitmen ada 2 teknik  yang bisa digunakan:
·         Foot-In-The-Door technique: Yaitu suatu prosedur untuk memperoleh kesepakatan dimana pemohon memulai dari permintaan yang kecil dan kemudian permintaan ini disetujui, meningkat ke permintaan yang lebih besar (yang mereka inginkan sejak awal).
·         Low Ball Technique: Yaitu suatu prosedur untuk memperoleh kesepakatan dimana suatu penawaran atau persetujuan di ubah(menjadi lebih tidak menarik) setelah orang yang menjadi target menerimanya.

Teknik-teknik dalam kesepakatan sebagai berikut:
1.      Teknik ingration
2.      Teknik Foot-In-The-Door
3.      Teknik Low Ball
4.      Teknik Door-In-The-Face
5.      Teknik That’s-not-all
6.      Teknik Jual mahal
7.      Teknik deadline
8.      Teknik Pique



C.    Obedience (kepatuhan)
Kepatuhan adalah suatu pengaruh sosial dimana seseorang hanya perlu memerintah satu orang atau lebih untuk melakukan sesuatu atau beberapa tindakan yang diharapkannya. Terkadang didalam masyarakat sering dan perlu sekali adanya kepatuhan karena merupakan bentuk langsung dari pengaruh sosial. Kepatuhan sendiri lebih jarang terjadi dibanding konformitas dan kesepakatan. Biasanya kepatuhan diikuti dengan kata hukuman dan aturan dalam penerapannya.
               Aspek lain dari pengaruh sosial adalah kepatuhan (obedience), keadaan dimana seseorang pada posisi yang berkuasa cukup mengatakan atau memerintahkan orang lain untuk melakukan sesuatu dan mereka melakukannya.
               Kepatuhan yang merusak berarti tindakaan yang berdasarkan kepatuhan itu membahayakan orang lain atau dirinya sendiri. Penyebab kepatuhan yang merusak yaitu:
1.    Orang - orang yang berkuasa membebaskan orang-orang yang patuh dari tanggungjawab atas tindakan mereka. “saya hanya menjalankan perintah”, sering kali dijadikan alasan bila sesuatu yang buruk terjadi.
2.    Orang-orang yang berkuasa sering kali memiliki tanda atau lencana nyata yang menunjukan status mereka. Hal ini menimbulkan norma “patuhilah orang yang memegang kendali”. Norma ini adalah norma yang kuat, dan bila kita dihadapkan dengannya, sebagian besar orang merasa sulit untuk mematuhinya.
3.    Adanya perintah bertahap dari figure otoritas. Perintah awal mungkin saja meminta tindakan yang ringan beru selanjutnya perintah untuk melakukan tindakan yang berbahaya.
4.    Situasi yang melibatkan kepatuhan bisa berubah cepat. Cepatnya perubahan ini menyebabkan kecenderungan meningkatnya kepatuhan.
Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kepatuhan yang merusak:
a.    Individu yang dihadapkan pada perintah dari figure otoritas dapat diingatkan bahwa merekalah yang akan bertanggungjawab atas kerusakan apapun yang dihasilkan bukan pihak otoritas.
b.    Individu dapat disadarkan bahwa melebihi suatu titik tertentu, maka benar-benar mematuhi perintah yang merusak adalah tidak layak.
c.    Individu dapat lebih mudah untuk melawan figure otoritas jika mereka mempertanyakan keahlian dan motif dari figure-figure tersebu.
d.   Cukup dengan mengetahiu kekuatan yang dimiliki figure otoritas untuk dapat memerintahkan kepatuhan buta  bisa membantu melawan pengaruh itu sendiri.

D.    Indoktrinasi Intensif
Indoktrinasi Intensif adalah suatu proses yang dilalui individu untuk menjadi anggota suatu kelompok ekstrem dan menerima belief serta aturan-aturan dari kelompok tersebut tanpa banyak bertanya. Tindakan ini lebih berjalan secara psikologi atau verbal dibanding secara atau fisik. Proses ini melalui beberapa tahap:
a.    Tahap melunakkan/softening-up. Tahap dimana seseorang diisolasi, dibuat bingung, lelah, tidak memiliki orientasi, dan menjadi emosional.
b.    Tahap kesepakatan. Tahap dimana seseorang mengiyakan belief dan aktif sebagai anggota. Dengan diiming-imingi penebusan dari rasa bersalah dan penderitaanya yang dialami pada tahap pertama.
c.    Tahap internalisasi. Tahap dimana seseorang sungguh-sungguh meyakini kelompok tersebut. Orang tersebut akan benar-benar yakin dan bersedia melakukan apapun untuk keyakinannya itu.
d.   Tahap konsolidasi. Tahap dimana anggota dari kelompok ekstrem tersebut melakukan tindakan besar untuk tujuan terselubung dari kelompok tersebut.



















EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL
A.    Empati
1.      Pengertian Empati
Empati merupakan salah satu dari unsur kecerdasan sosial. Ia terinci dan berhubungan erat dengan komponen-komponen lain, seperti empati dasar penyelarasan ketepatan empatik dan pengertian sosial. Empati dasar yakni memiliki perasaan dengan orang lain atau merasakan isyarat-isyarat emosi non verbal.
Empati adalah kemampuan seseorang ikut merasakan atau menghayati perasaan dan pengalaman orang ain.
Menurut kamus besar bahasa indonesia, adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.
2.      Faktor-faktor yang mengaruhi  Empati
a.       Sosialisasi
b.      Perkembangan kognitif
c.       Mood and feeling
d.      Situasi dan tempat
e.       Empati seseorang
f.       Komunikasi
3.      Teknik-teknik mengasah empati
Kemampuan empati harus selalu dilatih atau diasah sejak dini.langkah-langkah yang dapat dilakukan agar empati kita terbentuk , antara lain :
a.    Rekam semua emosi pribadi.
b.    Perhatikan lingkungan luar(orang lain).
c.    Dengarkan curhat  orang  lain.
d.   Lakukan bantuan secepatnya
4.      Manfaat-manfaat Empati
Manfaat kemampuan empati dalam kehidupan pribadi dan sosial:
a.       Menghilangkan sikap egois
b.      Menghilangkan kesombongan
c.       Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri

5.      Memiliki Karakteristik Kemampuan Empati
Dikatakan memiliki karakteristik kemampuan empati, jika mengikuti beberapa syarat berikut:
a.    Melibatkan proses berfikir secara utuh,dengan segala nacan resiko perbedaan
b.    Pendapat, rasa, bahkan kemungkinan konflik.
c.    Individu bisa mengenal mengenal status perasaanya,lalu kuat berempati dan memanfaatkan emosinya dalam kehidupan kerja.
Karakter  empati dimunculkan dalam tindakan-tindakan seperti dinyatakan Goleman (1997) yaitu:
·           Mampu menerima sudut pandang orang lain.
·           Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain.
·           Mampu mendengarkan orang lain.

B.     Perilaku Prososial
1.      Pengertian Perilaku prososial
Perilaku prososial adalah perilaku yang menguntungkan penerima bantuan tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pemberi bantuan.
Ada 3 ciri orang dikatakan menunjukkan perilaku prososial, yaitu :
a.       Tindakan tersebut berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pemberi bantuan.
b.      Tindakan tersebut dilahirkan secara suka rela.
c.       Tindakan tersebut menghasilkan kebaikan.
2.      Cara meningkatkan perilaku prososial
a.       Menyebarkan penayangan model perilaku sosial.
b.      Memberi penekanan terhadap norma-norma prososial.
3.      Memberikan pemahaman tentang Superordinate Identity
Pandangan bahwa setiap orang merupakan bagian dari kelompok manusia secara keseluruhan adalah hal yang perlu dilakukan.




BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
            Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan .Misalnya, apabila seseorang merasa lapar, itu berarti kita membutuhkan atau menginginkan makanan. Motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon  dengan keadaan dorongan tertentu.
Motif sosial adalah motif yang menunjukan bahwa  tujuan yang ingin di capai mempunyai interaksi dengan orang lain.
Empati adalah kemampuan seseorang ikut merasakan atau menghayati perasaan dan pengalaman orang lain.
Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.
Kesepakatan adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang meliputi permintaan langsung dari seseorang kepada orang lain.
Kepatuhan (Obedience) adalah suatu pengaruh sosial dimana seseorang hanya perlu memerintah satu orang atau lebih untuk melakukan sesuatu atau beberapa tindakan yang diharapkannya.














DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sarwono, Sarlito. 2002. Psikologi sosial individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Shaay is Shaay, http://shaayluhur.blogspot.com/ diakses tanggal 15 Oktober 2012
Borba, Michele (2008), Membangun kecerdasan Moral, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Goleman, Daniel (2007), Social Intelligence: Ilmu Baru tentang Hubungan Antar Manusia, PT Gramedia Pustaka Umum: Jakarta
Tri Dayaksini & Hudaniah (2003). Psikologi Sosial. UMM Press. Malang
Eileen Rachman & Sylvina Savitri, 2009. dalam Asah Empati http://www.experd.com/news-articles/articles/55. Tanggal Akses 12 Oktober 2012
Frieda Mangunsong, 2010. dalam Menanam Empati Menumbuhkan Kecerdasan, http://www.carisuster.com/artikel/7-inspired-kids/51-menanamempatitumbuhkan-kecerdasan. Tanggal Akses 13 Oktober 2012